Hai
pagi, terang sekali hari ini tapi tetap sejuk. Salam hangatku padamu semesta.
Hai
langit, birumu begitu menawan. Kulihat kau asik berkolaborasi dengan gumpalan
awan putih.
Bolehkah
aku menitipkan rindu pada seekor merpati itu? Kali ini dia terbang begitu
tinggi dan aku sulit tuk menggapainya.
Tapi bukan. Bukan karna sulit tuk
gapai merpati itu, hanya saja aku masih terpenjara dibalik kaca tebal yang tak
mampu aku pecahkan untuk kemudian menembusnya keluar.
Jika
saja aku memecahkan kaca itu, aku tak yakin semua akan baik-baik saja.
Tapi
jika aku diam dan hanya menatapi kaca itu, maka aku tak akan pernah tau apa
yang seringkali terjadi diluaran sana tentang si merpati itu.
Sulit
sekali aku memecahkan kaca ini. Berusaha, berusaha dan berusaha yang hanya aku
lakukan. Entah karna kaca ini terlalu tebal atau karna aku salah cara untuk
pecahkannya.
Sempat
aku merasa lelah tuk pecahkan kilauan tebal dihadapanku ini. Sempat aku hanya
terkujur kaku menatapnya. Aku mencoba untuk berteriak. Teriakan yang sangat
lantang berharap orang diluar sana mendengarku. Namun nihil. Tak seorangpun
bisa mendengarku diluar sana.
Kini, aku hanya diam menatapmu dan benar-benar
MENYERAH.