Amye's Dream Kingdom

  • HOME
  • LIFE and ADVENTURE
  • MUSIC
  • FIKSI
  • EDUCATION

Rabu, 18 Mei 2016

Ingin ku Susun Catatan Baru

 Dimi     08.11     No comments   

Sebelumnya, aku punyai catatan indah yang kini sudah sangat usang. Catatan yang kini rusak bahkan tak pernah ingin aku perbaiki catatan itu sedikitpun.

Dan sekarang, aku ingin menyusun catatan kecil yang baru dan berharap catatan itu tak pernah berhenti. Aku menemukan tokoh utama untuk catatanku. Sosok yang begitu dingin, terlihat sombong, jutek. Namun menyenangkan jika berada bersama dalam suatu suasana, rungan dan kesempatan. Ya sosok itu adalah kamu.

Taukah saat kamu mulai memanggil namaku, saat kamu duduk disampingku, saat kamu berbicara betapa apa adanya ucapamu. Namun begitu jujur. Sosok seperti itu yang aku rasa begitu cocok. Jujur. Itu dirasa lebih baik jika dibandingkan dengan banyaknya ucapan manis yang keluar namun tak seperti apa yang menjadi kenyataannya. Catatanku mungkin akan nampak dan terbaca lebih baik jika kamu adalah tokoh utamanya. Semoga memang seperti itu.

Perlahan aku ikuti setiap helai kertas tentang dirimu dan kubaca setiap lembarnya. Potongan-potongan kertas itu ingin mulai aku rajut menjadi sepenggal buku yang begitu utuh. Tentang kamu yang aku tahu dan yang tak pernah aku tau.

Kamu begitu indah dengan perangai Agamamu. Kamu yang begitu terlihat nyaman dengan perangai sederhanamu. Tak mewah, Seadanya, Simple gak ribet, Gak banyak gaya. Itu jauh lebih enak untuk diceritakan. Bagaimana bisa aku tak inginkan merajut cerita tentangmu dalam catatanku. Dalam ingatanku. Dalam do’aku. Kucatat setiap peristiwa yang aku alami tentangmu. Kurangkai indah dalam ingatanku. Kuluapkan dalam setiap do’aku. Kuserahkan pengharapanku yang tak pernah padam.

Catatanku yang dulu memanglah pahit. Namun tak pernah ku mau tuk mengingatnya kembali. Sebelumnya memang pernah indah. Namun terlalu sakit untuk aku ingat kembali. Ya terlalu sakit. Terlalu cepat memang aku merusak buku yang telah aku rangkai dengan susah payah. Membiarkannya berteteran dimana-mana tanpa halaman yang tersusun rapi. Namun, kertas-kertas itu kurasa kini sudah tak harus aku utuhkan kembali. Aku biarkan semua menjadi bagian yang pernah ada dalam ceritaku. Aku hanya menyimpannya meski tanpa halaman yang sistematis. Tanpa harus aku melupakannya. Aku jadikan semua itu sebatas kenangan. Entah itu indah atau buruk. Aku tak tahu dan aku tak mampu berpendapat.

Aku begitu keras berpikir sebelum aku menjadikanmu tokoh utama dalam catatanku kini. Menuliskan harapanku padamu dalam catatan baruku. Memutuskan untuk Jatuh Cinta Padamu yang selalu indah dalam pandangan dan ingatanku. Aku tak pernah berani untuk bicara. Untuk berkata “AKU CINTA AKU SAYANG”. Terlalu malu aku punyai rasa seperti itu. Namun tak pernah ingin aku munafik dengan perasaanku.


Aku bingung harus memulainya dari mana catatanku kali ini, karna tak ada sedikitpun cerita yang kau bagikan padaku. Sempat aku berprasangka bahwa catatanku tak akan selesai. Aku takut. Namun aku berniat untuk selalu mengejarmu sampai aku dapat menuliskan cerita baru dalam catatanku.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Rabu, 11 Mei 2016

Tatapan ini Biar Ku Gantungkan dalam Harap

 Dimi     21.47     No comments   



Kaki itu semakin sering berjalan dihadapanku. Perlahan sering kuikuti derap langkahnya dari belakang tirai tanpa diketahui oleh Si Pemilik kaki jenjang itu. Sesaat sempat dia menoleh ke belakang, merasa keadaan sekitar tidak baik. Dia pantas merasa seperti itu, karna mataku tak pernah lepas menatapnya bahkan hingga bayangnya tak terlihat lagi. Meskipun begitu, aku rasa dia tak pernah peduli siapa yang mengganggunya dibalik tirai.

Seperti biasa, tak hanya kakinya yang terlihat indah dalam pandanganku, namun kepalanya pun masih tetap menengadah ke atas. Begitu tegap. Entah kenapa pemandangan itu seringkali membuat aku tersenyum, berpikir dan kadang teramat menatap tiap kali aku melihatnya. Aneh. Padahal dia tak sedikitpun pernah menoleh ke arahku.

Tak hanya saat dihadapanku aku melihatnya. Kadang kutatap dia di jendela, menjelma embun atau semilir angin, hingga tak kudapati dirinya dari pandanganku. Duduk, menengadah hingga berdiri dan duduk kembali. Kucoba melihat kembali, kembali dan kembali. Berharap bisa kudapati lagi sosoknya dibalik jendela yang tebal debu itu. Meski samar-samar, aku pasti dapat melihatnya.

Dia adalah kamu. Manusia yang sama yang aku cintai lebih dulu dibanding kamu yang mencintaiku. Kini dibalik pintu aku melihatmu. Focus, tertawa, melirik. Dan lirikan itu seringkali membuatku takut akan kamu dapati aku tengah memandangmu. Hitam, Abu, merah itu pakaian yang kamu pakai saat aku melihatmu. Dan abu, yang aku ingat adalah pakaian yang kamu pakai saat aku memutuskan untuk mencintaimu. Tak hanya sekedar mengagumi. Tak masalah bukan, jika aku memutuskan hal seperti itu? Ya memang benar aku rasa. Itu hak ku sebagai manusia. Dan aku memilihmu tanpa harus aku memaksa bahwa kau pun harus memilihku.

Di suatu acara, jantungku semakin berdegup. Mengapa tidak?. Itu semua karena kamu duduk di sampingku. Saat itu tatapanku begitu penuh harap. Tapi sayang, Hanya tatapanku yang nampak tak seperti biasa. Tidak dengan kamu yang menatapku biasa-biasa saja. Aku semakin kagum dan yakin. Kamu tak seperti kebanyakan mereka yang memberikan harapan dan omong kosong. Aku menyukai sikap dinginmu.

Aku sungguh malu saat aku memutuskan untuk benar-benar jatuh cinta. Aku malu ketika rasa itu memang hadir. Aku sungguh malu pada keteranganku sendiri. Namun tidakkah lebih memalukan jika aku memakan segala omong kosongku sendiri, seperti kubilang ‘aku cinta kamu’ dan hanya terlantang di dalam hati. Oh, betapa memalukannya, aku lebih memilih menggigit lidahku sendiri ketimbang mengakuimu mengagumkan.


Sudah seharusnya aku memohon maaf atas semua tatapanku terhadap kamu. Mungkin akan banyak orang yang berkata, “TAHU DIRILAH KAMU. KAMU TAK SEPADAN DENGAN DIA”. Ahh… biarlah saja. Aku tahu,  aku sadar bahwa “Tahu diri itu perlu, dan sedikit rasa malu itu tak kalah penting” tapi Biarkanlah tatapanku ini aku gantungkan pada pengharapanku setiap kali aku melihatmu.


Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Selasa, 10 Mei 2016

Pertama Kali

 Dimi     17.46     No comments   



Disana di ujung lorong ruangan sempit, pandanganku terfokus pada sosok yang tengah berjalan lurus ke arahku. Tidak, lebih tepatnya hanya melewatiku tanpa peduli. Kupandangi tiap jejak langkahnya. Hampir di setiap langkah kudapati rasa begitu yakin tanpa sedikitpun rasa ragu. Kepalanya yang seringkali menengadah keatas, juga tubuhnya yang tinggi seringkali aku lihat di lorong ruangan itu. “Siapa Dia?” pikirku. Sampai aku berusaha menghitung waktu dan menatanya agar mampu kulihat dia di setiap waktu luangku.

Terkadang pernah kudapati mata kita bertemu. Tapi sepertinya mungkin hanya aku yang merasa seperti itu. Seringkali aku melempar pandanganku berharap dia tak mendapatiku sedang menatapnya. Entah mengapa saat aku menatap tepat dibagian mata indahnya, selalu terjadi aliran darah yang tak pernah normal, jantung yang secara tiba-tiba berdegup tak seperti biasanya, juga tubuh yang terasa begitu kaku. “siapa dia sebenarnya? Mengapa aku seperti ini?”.

Gayanya yang nampak begitu angkuh, membuatku merasa senang saat dia melemparkan senyumnya padaku. Aku hanya bisa menjadi penikmat senyum itu. Karenanya, aku jadi merasa takut jika hatiku turut bicara bahwa “Aku Menyukaimu”. Entah apa yang aku suka darinya. Perasaanku semakin tak terkendali. Aku hanya mengenalnya dari jauh.
Seringkali dia masuk ke dalam bunga tidurku. Mungkin karena aku terlalu sering memikirkannya. “Mengapakah engkau? Mengapa kau tak hadirkan semua asa dalam nyata? Jika dirasa engkaulah yang terbaik, izinkan aku tak pernah menghapusmu dari asaku. Namun, tidakkah kau mampu bersikap hangat? Mengapa hanya padaku?”.

Aku tak mempunyai alasan mengapa aku menyukainya. Atau bahkan terlalu banyak alasan hingga aku sendiri bingung. Aku cukup tau diri untuk ketidakmungkinan ini. Aku tak mampu berharap lebih. Aku hanya bisa berharap pada apa yang aku impikan. Aku hanya mampu membiarkan asaku berlabuh hingga akhirnya dia menepi. Dan untuk pertama kalinya aku merasakan hal aneh yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. “Aku Memulai untuk Mencintai Lebih Dulu”.


Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

  • ALL ABOUT AMMI
    Bermula dari catatan kosong, kertas itu teramat putih bersih. Mamaku punya cerita sendiri tentangku. Ia selalu membawaku kemanapun ia perg...
  • GITHUB Groupware
    “Berbagi tidak selamanya merugi” Hahaha... kalimat diatas hanya sebatas gabungan kata dengan makna cukup besar. Tapi bergantung juga pada...
  • Aku Mencintai
    Mencintai. Rasanya kata itu sudah tidak asing lagi. Aku yakin, setiap orang pasti pernah merasakannya. Usiaku kini 21. Dulu aku pernah me...
  • Aku Hadir Kembali Sebagai Aku
    Kini aku hadir kembali sebagai aku. Aku hadir dengan sejuta Mimpi dan Khayalan. Mimpi yang tak pernah dimengerti siapapun. Mimpi yang...
  • Menatap Merpati
    Hai pagi, terang sekali hari ini tapi tetap sejuk. Salam hangatku padamu semesta. Hai langit, birumu begitu menawan. Kulihat kau asik b...
  • Tulisanku
    Tulisanku. Ia tak pernah lepas dari sendunya musik dan syair lagu yang kudengar,, tak lepas dari apa yang aku lihat terlebih tak pernah ...
  • Senapan Angin
    Seperti yang sudah aku ceritakan berkali-kali dalam tulisan sebelumnya. Aku ternyata telah menjatuhkan hatiku. Sungguh jarang sekali ak...
  • Ingin ku Susun Catatan Baru
    Sebelumnya, aku punyai catatan indah yang kini sudah sangat usang. Catatan yang kini rusak bahkan tak pernah ingin aku perbaiki catatan itu...
  • Tatapan ini Biar Ku Gantungkan dalam Harap
    Kaki itu semakin sering berjalan dihadapanku. Perlahan sering kuikuti derap langkahnya dari belakang tirai tanpa diketahui oleh Si Pemi...
  • Aku Mulai Berlabuh
    Aku yang tak pernah berhenti. Aku begitu malu tuk bersikap. Aku mulai berani. Menga...

Recent Posts

Unordered List

Pages

  • Beranda

Text Widget

Blog Archive

  • ▼  2016 (9)
    • ►  Agustus (2)
    • ▼  Mei (3)
      • Ingin ku Susun Catatan Baru
      • Tatapan ini Biar Ku Gantungkan dalam Harap
      • Pertama Kali
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (3)
    • ►  November (3)

Sample Text

Copyright © Amye's Dream Kingdom | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates