Sebelumnya, aku punyai catatan
indah yang kini sudah sangat usang. Catatan yang kini rusak bahkan tak pernah
ingin aku perbaiki catatan itu sedikitpun.
Dan sekarang, aku ingin menyusun catatan
kecil yang baru dan berharap catatan itu tak pernah berhenti. Aku menemukan
tokoh utama untuk catatanku. Sosok yang begitu dingin, terlihat sombong, jutek.
Namun menyenangkan jika berada bersama dalam suatu suasana, rungan dan
kesempatan. Ya sosok itu adalah kamu.
Taukah saat kamu mulai memanggil
namaku, saat kamu duduk disampingku, saat kamu berbicara betapa apa adanya
ucapamu. Namun begitu jujur. Sosok seperti itu yang aku rasa begitu cocok.
Jujur. Itu dirasa lebih baik jika dibandingkan
dengan banyaknya ucapan manis yang
keluar namun tak seperti apa yang menjadi kenyataannya. Catatanku mungkin akan nampak dan terbaca lebih baik jika kamu adalah
tokoh utamanya. Semoga memang seperti itu.
Perlahan aku ikuti setiap helai kertas tentang dirimu dan kubaca setiap lembarnya. Potongan-potongan
kertas itu ingin mulai aku
rajut menjadi sepenggal buku yang begitu utuh. Tentang kamu yang aku tahu dan
yang tak pernah aku tau.
Kamu begitu indah dengan
perangai Agamamu. Kamu yang begitu terlihat nyaman dengan perangai sederhanamu.
Tak mewah, Seadanya, Simple gak ribet, Gak banyak gaya. Itu jauh lebih enak
untuk diceritakan. Bagaimana bisa aku tak inginkan merajut cerita tentangmu
dalam catatanku. Dalam ingatanku. Dalam do’aku. Kucatat setiap peristiwa yang
aku alami tentangmu. Kurangkai indah dalam ingatanku. Kuluapkan dalam setiap
do’aku. Kuserahkan pengharapanku yang tak pernah padam.
Catatanku yang dulu memanglah
pahit. Namun tak pernah ku mau
tuk mengingatnya kembali. Sebelumnya memang pernah indah. Namun terlalu sakit
untuk aku ingat kembali. Ya terlalu sakit. Terlalu cepat memang aku merusak
buku yang telah aku rangkai dengan susah payah. Membiarkannya berteteran
dimana-mana tanpa halaman yang tersusun rapi. Namun, kertas-kertas itu kurasa kini sudah tak harus aku
utuhkan kembali. Aku biarkan semua menjadi bagian yang pernah ada dalam
ceritaku. Aku hanya
menyimpannya meski tanpa halaman yang sistematis. Tanpa harus aku melupakannya.
Aku jadikan semua itu sebatas kenangan. Entah itu indah atau buruk. Aku tak
tahu dan aku tak mampu berpendapat.
Aku begitu keras berpikir
sebelum aku menjadikanmu tokoh utama dalam catatanku kini. Menuliskan harapanku
padamu dalam catatan baruku. Memutuskan untuk Jatuh Cinta Padamu yang selalu
indah dalam pandangan dan ingatanku. Aku tak pernah berani untuk bicara. Untuk
berkata “AKU CINTA AKU SAYANG”. Terlalu malu aku punyai rasa seperti itu. Namun
tak pernah ingin aku munafik dengan perasaanku.
Aku bingung harus memulainya
dari mana catatanku kali ini, karna tak ada sedikitpun
cerita yang kau bagikan padaku. Sempat aku berprasangka bahwa catatanku tak
akan selesai. Aku takut. Namun aku berniat untuk selalu mengejarmu sampai aku
dapat menuliskan cerita baru dalam catatanku.
0 komentar:
Posting Komentar