Amye's Dream Kingdom

  • HOME
  • LIFE and ADVENTURE
  • MUSIC
  • FIKSI
  • EDUCATION

Sabtu, 28 November 2015

Aku Mencintai

 Dimi     07.26     No comments   


Mencintai. Rasanya kata itu sudah tidak asing lagi. Aku yakin, setiap orang pasti pernah merasakannya. Usiaku kini 21. Dulu aku pernah mencintai seorang pria layaknya remaja-remaja lain. Saat itu aku berusia 17. Masa yang terbilang normal untuk jatuh cinta. Indahkah kisah cinta saat itu? Jika ada yang bertanya seperti itu, maka jawabanku adalah “Ya”. Namun, bahagia itu hanya bertahan sekitar 2tahun hingga akhirnya kami memutuskan untuk berhenti karena sesuatu hal.
Sejak itu aku mulai terbiasa sendiri. Sepikah aku? Akupun tak bisa munafik. Tapi, yasudahlah ini yang terbaik. Jika hal ini tidak terjadi, mungkin saja aku tak akan merasakan rasa yang begitu hebat dari sebelumnya. Rasa yang entah apakah orang lain pernah merasakannya atau tidak. Rasa itu hadir di awal bulan Februari’13.
Aku kira, aku tidak akan pernah mencintai lagi setelah kejadian menyakitkan sebelumnya. Tapi Tidak, sampai akhirnya aku melihat ke arahmu. Perasaanku sungguh konyol. Aku pendam perasaan itu sebisa mungkin. Membiarkannya tetap tumbuh hanya dalam hatiku. Apa aku jatuh cinta? Entahlah, aku tak berani untuk memutuskan. Aku terlalu takut untuk jatuh cinta saat itu. Aku takut jatuh dalam arti sebenarnya. Jadi, aku biarkan saja rasa itu hanya sebatas ada.
Mungkin kamu tak pernah tau seperti apa rasanya saat aku berhadapan denganmu, saat aku berbicara denganmu, saat kamu memanggilku dan saat kamu duduk disampingku. Aku berusaha tuk tampak biasa saja.





Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Selasa, 10 November 2015

ALL ABOUT AMMI

 Dimi     06.55     No comments   

Bermula dari catatan kosong, kertas itu teramat putih bersih. Mamaku punya cerita sendiri tentangku. Ia selalu membawaku kemanapun ia pergi. Dijagalah aku dalam perutnya. Asupan gizi yang ia beri lewat makanan semakin membuatku tumbuh tiap bulannya. Aku memakannya lahap “nyam nyam nyam”. Ia tak pernah sembarangan memasukkan makanan dan minuman kedalam tubuhku. Makanan yang ia makan tak jauh dari kriteria 4 sehat 5 sempurna. Minuman yang ia minum hanya sebatas air putih dan minuman buah agar kesehatanku tetap terjaga.
Perut mama semakin besar, tak pernah terbayangkan olehku seberat apa waktu itu mama menggendongku didalam perutnya. Sembilan bulan sudah aku dalam perutnya hingga sudah saatnya aku muncul. Perut mama semakin terasa sempit karna tubuhku yang semakin tumbuh. Hingga pada saat itu di “Kamis, 2 Juni 1994” mama bertarung dengan maut. Aku berharap saat itu cepat-cepat keluar dari perutnya agar sakit yang ia rasakan tidak terlalu lama.
Dan kemudian “huaaww huaaww huaww” tangisanku terdengar olehnya. Bapakku segera menghampiri tubuh mungilku. Didekatkannya suara indah itu di sebelah kuping kananku. Kumandang adzan bapakku begitu merdu membuat aku berhenti menangis. Begitu tenang. Dilanjutkannya suara qamat ditelinga kiriku. Sambil menangis bapakku berkata “anak kita perempuan, dia cantik, bersih, wajahnya bercahaya. Keinginanmu terkabul”. Ya keinginan mama kini terkabul. Betapa bahagianya ia melahirkanku setelah lama ia mendambakan seorang anak perempuan yang begitu mungil ketika bapak sangat mendambakan seorang anak laki-laki dari Rahim seorang mama. Meski begitu, bapak tetap bahagia akan kelahiranku. Kecintaan bapak pada mamaku ia tanamkan pada namaku. Ia memberiku nama “Rahmi Mulyani” yang berarti “Kasih Sayang Mulia” Amin. Itulah do’a yang mereka simpan pada namaku, berharap aku menjadi anak yang penyayang dan menyayangi dengan setulus-tulusnya.

Waktu berlalu begitu cepat setelah kelahiranku. Kini aku menginjak usia 5 tahun. Mama dan Bapak banyak mengajariku berbagai hal. Dihukumnya aku ketika aku Shalat tak tepat waktu. Dihukumnya aku ketika aku menolak untuk mengaji. “Mereka Galak Sekali” pikirku.  Aku disekolahkan di TK.Aisyah. sebuah taman kanak-kanak Islam. Disana aku belajar mengaji, tata cara Shalat, membaca, berhitung, bernyanyi, menari dan masih banyak lagi yang aku pelajari. Aku sudah sebesar ini, kini aku mulai banyak permintaan. Merengek-rengek meminta sesuatu. Aku ingin seperti anak-anak lain. Aku ingin ulang tahunku dirayakan, aku ingin dibelikan sepeda, aku ingin diantar jemput ke sekolah. Tapi sebelum keinginan-keinginan itu muncul, mereka lebih dulu berkata “Mi, kita bikin nasi tumpeng yu. Nanti nasinya dibagi-bagi sama temen-temen ami di deket rumah nenek. Nanti kalian ngaji bareng, jadi ami dido’akan banyak orang J”. “Mi, ayo belajar naik sepeda sama bapak nanti sore. Tapi pake sepeda Teh Ai (kakak sepupu) dulu. Nanti kalo sudah mahir, Mama sama Bapak belikan ami sepeda baru”. “Mi, nanti pulangnya naik becak aja ya. Mama sama Bapak tunggu di toko. Buat ongkosnya nanti ami ke toko dulu”. Teringat semua perkataan itu, aku akhirnya tak berani meminta. Padahal aku ingin sekali ulang tahunku dirayakan. Tiup lilin, potong kue, ada yang nyanyi, dicium Mama dicium Bapak, dikasih kado. Tapi setiap tahunnya aku hanya merayakan bareng nenek, kakek dan teman-teman dekat rumah nenek saja. Jangankan bisa merayakan Ulang Tahun bersama mereka, Mengucapkan Selamat Ulang Tahun saja rasanya tak pernah.



Inilah  nenekku dan Ami si tomboy .

Di 5 Tahun Pertama, mama harus berjuang kembali untuk kelahiran adikku. Akhirnya aku akan punya teman. Dan jeng-jeng-jeng… dialah adik perempuanku dengan nama “Fini Dwi Fajraini” . Masa SD ku kini tiba. Ami si kecil mungil nan lugu berubah menjadi Ami si kecil nan nakal. Aku memang seorang perempuan tapi kelakuanku seperti anak laki-laki. Orang-orang menyebutku “anak tomboy’ saat itu. Mungkin karena aku sering berpakaian seperti laki-laki dengan kaos dan celana pendek selutut yang longgar juga rambutku yang selalu pendek karena mama sering memotongnya dengan alasan “agar tidak panas”. Aku sedikit heran memang, bukankah dulu Mama inginkan anak perempuan? Tapi kenapa banyak dari pakaianku tak seperti pakaian perempuan? Pake rok misalnya. Atau memanjangkan rambutku tergerai agar bisa dikepang atau diikat. Kini aku merasa semakin mandiri. Berangkat sekolah sendiri, pulang sekolah sendiri, makan sendiri, belajar sendiri, tapi kalo ada PR matematika aku kasihkan ke Bapakku biar bapak yang kerjakan dan aku tidur agar subuhnya bisa bangun dan diajarkan Matematika yang Bapak kerjakan. Pulang sekolah aku berkunjung kerumah hanya untuk ganti pakaian, makan dan solat (dan tidak ada siapa-siapa di rumah), baru kemudian pergi ke rumah nenek untuk bermain dan tidur siang. Begitulah hal yang aku lakukan selama di Sekolah Dasar. Mama dan Bapak tak pernah cukup waktu untuk berada terus bersamaku karna mereka harus menghabiskan waktu setengah hari di toko. Orangtuaku adalah seorang pedagang. Mereka mempunyai toko pakaian. Aku juga sesekali ikut membantu saat hari libur.
Aku bosan. Yang kujumpai hanyalah nenek tersayang. Dia sudah seperti seorang Ibu untukku. Karna Mama harus berfokus pada anak barunya. Adikku semakin tumbuh. Di 5 tahun keduaku, mama melahirkan seorang anak laki-laki. Mama bertarung untuk yang ketiga kalinya. Dia benar-benar hebat. Adik laki-lakiku diberi nama “Muhammad Zulfiana Ilyas”. Karna aku sudah dianggap cukup besar, meski baru kelas 5SD aku dipercaya mama untuk membantu menjaga jagoan yang satu ini. Adikku yang paling bontot, lebih sering pergi bersamaku. Aku selalu menghabiskan waktuku setelah sepulang sekolah dengannya dan mama percaya aku menjaganya. Kadang Aku juga ditemani adik perempuanku. Aku semakin sering menggunakan waktuku dengan mereka di rumah. Kini aku sudah jarang bermain di rumah nenek. Tapi sesekali kami bertiga kesana. Adik-adikku semakin lama semakin tumbuh begitupun denganku. Kini mama menaruh perhatiannya pada adik-adikku. Begitupun Bapakku. Dia senang sekali dengan kehadiran Zulfi.
Aku memasuki masa SMP. Ketika masa ini, aku lebih sering menghabiskan waktu bersama nenekku. Karna adik-adikku juga sudah mulai bermain sendiri. Mama dan Bapak sudah mengajari kami hidup mandiri sejak kecil meski tidak diajarkan lewat perkataan secara langsung. Mulai dari sini kehidupanku terasa semakin sendiri. Ketika ternyata nenekku meninggalkan aku untuk selamanya. Semakin sendiri saja aku. Tak ada tempat pijakan. Hanya dirumah tanpa kujumpai Mama dan Bapak disana tiap kali pulang sekolah. Kebiasaan seperti ini berlanjut hingga aku SMA. Aku bertemu mereka hanya sore hari ketika mama sedang masak dan bapak nonton tv. Sepi sekali rumahku. Terasa tak ada kehidupan disini. Aku memulai. Aku dekati adik laki-lakiku. Aku buat dia marah dan berteriak dengan cara mengganggu hal yang dia kerjakan. Aku dimarahi mama, aku menuduh adik perempuanku, adik perempuanku marah. Ahh…… akhirnya rumah ini tak sepi. Aku senang ketika mama berteriak marah, ketika kita bertiga dikejar-kejar gara-gara berisik. Beginilah kehidupanku. Sesuatu yang tak pernah orang lain miliki. Keadaan yang tak pernah orang lain lakukan.
Kini aku diberi jalan oleh Allah untuk mencari dimana jati diriku. Aku ditempatkan di suatu Universitas Negeri di Bandung. Kali ini hanya ada aku. Tanpa mama, tanpa bapak, tanpa adik-adik nakalku. Sering aku merasa rindu teriakan mereka semua. Suasana rumah yang tak pernah damai. Hingga pernah saat itu mama berkata “Nah, kenapa tak seperti ini? Damai. Tenang. Akur. Jadi mama tak perlu capek teriak-teriak” itu terucap saat kami benar-benar tak punyai konflik. Namun terasa aneh. Seringkali adik-adikku berkata ketika mama menelpon. “Ami kapan pulang? Sepi gada Ami. Sekarang yang dimarahin mama cuman berdua” itu kata adik perempuanku. “Ami kapan pulang? Zulfi pengen main naik motor” itu kata adik bontotku, karna hanya aku dan Bapak yang bisa mengendarai motor. Bapakku sekarang bekerja di Bandung. Dia pulang ke rumah sektiar 1 kali seminggu. Adik-adikku memanggilku “Ami” begitupun sebaliknya. Kami tak pernah menggunakan kata “kakak-ade” atau sebagainya. Mungkin karna terlalu nyaman dan agar tidak ada batasan.
Mama, Bapak. Taukah? Aku selalu melamun, selalu berpikir kenapa aku tak bisa seperti mereka teman-temanku? Ketika mereka ingin sesuatu langsung dikabulkan. Ketika mereka berulang tahun, keluarganya ikut merayakan. Mungkinkah aku merasa iri ? tidakkah aku cukup bersyukur?. Maaf aku sempat berpikir seperti itu. Saat itu aku hanya melihat mereka dari satu sisi dimana ketika mereka tengah bahagia. Aku yakin mereka tak akan mampu sekuat aku ketika hal yang paling menyakitkan datang beriringan secara bertubi-tubi. Jika kebahagiaan mereka yang aku inginkan, aku yakin suatu hari nanti aku juga pasti akan dapatkan, tapi aku sangat yakin mereka tak akan pernah memiliki kehidupan yang begitu asik seperti kehidupan yang aku lalui bersamamu keluargaku.  Aku terlalu bahagia menjadi anakmu. Aku begitu bersyukur menjadi anakmu. Ketika orang lain tak mampu untuk mengaji, aku sedikit lebih maju dari mereka karna ajaranmu. Ketika orang lain tak cukup tangguh untuk bertahan, aku menjadi sedikit lebih gagah dan kokoh ketika badai mulai kujumpai didepan sana itu juga karnamu. Ketika orang lain hanya tahu bagaimana rasanya berbahagia, ketika itu aku akan lebih tau bagaimana menghadapi jurang kesedihan dan melaluinya itu karnamu. Ketika orang lain hanya tahu bagaimana caranya menikmati, aku justru lebih tau bagaimana cara memperoleh dan berbagi dan itu semua karenamu. Kini aku tak akan pernah merasa iri terhadap apa yang mereka punya. Karna hanya dengan memiliki apa yang aku punya dan apa adanya aku, aku sangat bahagia asalkan masih,tetap dan selalu bersamamu keluargaku. Aku hanya akan menjadi diriku. Mempertahankan kelebihanku dan memperbaiki kekuranganku.

Metamorfosa Seorang Ami :












                Amye’s Family :

 
 
 
 


 AND THEY ARE THE POWER OF MY LIFE


Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Jumat, 06 November 2015

Aku Hadir Kembali Sebagai Aku

 Dimi     20.49     No comments   

Kini aku hadir kembali sebagai aku.


Aku hadir dengan sejuta Mimpi dan Khayalan. Mimpi yang tak pernah dimengerti siapapun. Mimpi yang hanya ada bersamaku. Khayalan yang tiba-tiba muncul ketika aku terdiam. Khayalan2 dari sejuta orang yang menginspirasi.
Mengingat orang yang menginspirasi, salah satunya sosok yang paling menginspirasi adalah (Alm) kakekku [Emin Palmin] yang lebih akrab disapa Bapak Emin. Dan Jika ada yang bertanya siapa aku? Aku adalah Rahmi Palmin. Kenapa? karena aku bangga memakai nama kakekku .. hehehhe...... Entahlah, rasanya bagus saja nama itu disandingkan dengan nama depanku. hahahahahhaa....

Sejak aku berumur 5 tahun, beliau sering sekali bercerita. Setiap dari perkataanya mampu menghasilkan imajinasi dalam kepalaku. Setiap kali ia bercerita, saat itu pula aku sering membayangkan khayalan-khayalan dan mimpi konyol. Mencoba mengilustrasikannya dalam otakku. 

Namun, cerita-cerita itu mulai terhenti ketika beliau kembali ke sisi-Nya. Sejak saat itu aku merasa tak ada lagi yang harus aku gambarkan dalam otakku. Hingga saat aku beranjak SMP, aku mencoba untuk menciptakan kembali imajinasi-imajinasi dan mimpi yang tertunda. Aku kembali menulis. Menulis apapun yang ada dikepalaku. Dan sayangnya, itu tidak lama.

Aku pikir, aku akan stuck  sampai disitu. Ternyata tidak. 2012 lalu aku kembali menulis. Awalnya memang bingung apa yang harus aku tulis dalam catatanku. Tapi, tanganku mengalir begitu saja menulis. Aku tak pernah punyai keberanian untuk publish catatan2 kecilku. hahaha Tak PEDE. 

Sampai suatu saat ketika adik bungsuku meminta bantuan untuk mengerjakan tugasnya tentang "Kuman", aku menemukan satu blog yang aku kira itu ada sangkut pautnya dengan tugas adikku dan ternyata tidak sama sekali -___- . Dan entah kenapa blog itu seolah berkata "baca aku, baca aku" hahahaha (lebay). Aku pun membacanya. Dan luar biasa sekali tulisannya mampu membangkitkan semangatku untuk lebih giat menulis. Karakter tulisan yang benar2 apa adanya, lucu, sedih, bahagia dan kagum.

Bukan hanya penulis itu yang membangkitkan hasratku untuk menulis. Namun, ada satu tokoh yang sangat berpengaruh bagi semua tulisanku. Tokoh itu adalah "Dia". hahahahha.... Tangan dan penaku rasanya begitu lihai menari diatas kertas ketika yang kutulis itu tentang "Dia".

Karena itulah aku kembali sebagai aku saat ini. 
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Postingan Lebih Baru Beranda

Popular Posts

  • ALL ABOUT AMMI
    Bermula dari catatan kosong, kertas itu teramat putih bersih. Mamaku punya cerita sendiri tentangku. Ia selalu membawaku kemanapun ia perg...
  • GITHUB Groupware
    “Berbagi tidak selamanya merugi” Hahaha... kalimat diatas hanya sebatas gabungan kata dengan makna cukup besar. Tapi bergantung juga pada...
  • Aku Mencintai
    Mencintai. Rasanya kata itu sudah tidak asing lagi. Aku yakin, setiap orang pasti pernah merasakannya. Usiaku kini 21. Dulu aku pernah me...
  • Aku Hadir Kembali Sebagai Aku
    Kini aku hadir kembali sebagai aku. Aku hadir dengan sejuta Mimpi dan Khayalan. Mimpi yang tak pernah dimengerti siapapun. Mimpi yang...
  • Menatap Merpati
    Hai pagi, terang sekali hari ini tapi tetap sejuk. Salam hangatku padamu semesta. Hai langit, birumu begitu menawan. Kulihat kau asik b...
  • Tulisanku
    Tulisanku. Ia tak pernah lepas dari sendunya musik dan syair lagu yang kudengar,, tak lepas dari apa yang aku lihat terlebih tak pernah ...
  • Senapan Angin
    Seperti yang sudah aku ceritakan berkali-kali dalam tulisan sebelumnya. Aku ternyata telah menjatuhkan hatiku. Sungguh jarang sekali ak...
  • Ingin ku Susun Catatan Baru
    Sebelumnya, aku punyai catatan indah yang kini sudah sangat usang. Catatan yang kini rusak bahkan tak pernah ingin aku perbaiki catatan itu...
  • Tatapan ini Biar Ku Gantungkan dalam Harap
    Kaki itu semakin sering berjalan dihadapanku. Perlahan sering kuikuti derap langkahnya dari belakang tirai tanpa diketahui oleh Si Pemi...
  • Aku Mulai Berlabuh
    Aku yang tak pernah berhenti. Aku begitu malu tuk bersikap. Aku mulai berani. Menga...

Recent Posts

Unordered List

Pages

  • Beranda

Text Widget

Blog Archive

  • ►  2016 (9)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2015 (3)
    • ▼  November (3)
      • Aku Mencintai
      • ALL ABOUT AMMI
      • Aku Hadir Kembali Sebagai Aku

Sample Text

Copyright © Amye's Dream Kingdom | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates